Ilustrasi. (Foto: Bench Accounting via StockSnap)
CATATANJURNALIS.COM – Perusahaan rintisan (startup) layanan kesehatan berbasis aplikasi seperti Plushcare mendapatkan keuntungan dari skandal yang dialami raksasa teknologi Facebook dan Google.
Berkah yang dimaksud yakni ketersediaan talenta-talenta digital jebolan kedua perusahaan tersebut. CEO Plushcare Ryan McQuaid mengaku bisa lebih mudah merekrut talenta-talenta digital.
Padahal sebelumnya, perusahaan rintisan seperti Plushcare kesulitan merekrut karyawan meskipun sudah mengantongi pendanaan dalam tahap mapan. Sebelum 2018, perusahaan rintisan tak mampu bersaing dengan raksasa teknologi yang mampu menawarkan gaji tinggi dan tunjangan lain untuk mempertahankan talenta yang dimiliki.
“Kami benar-benar mendapatkan lebih banyak orang dalam aliran dari perusahaan teknologi besar ini, kata McQuaid.
Kesulitan tersebut kini sudah berubah, startup layanan kesehatan bisa lebih mudah merekrut dengan menawarkan misi-misi sosial. Dengan mengusung slogan ‘mengirimkan kesehatan dan kebahagiaan, Plushcare berupaya merekrut karyawan yang mencari makna lebih besar dalam pekerjaan mereka.
Mengutip CNBC, perusahaan McQuaid bertujuan untuk mengurangi hambatan bagi orang untuk mengakses obat yang dibutuhkan. Salah satu area fokus perusaahaan ini adalah PrEP, yang dirancang bagi orang yang tidak terinfeksi HIV tetapi berisiko besar untuk terjangkit HV.
“Di Silicon Valley, setiap perusahaan mencoba memposisikan diri sebagai melakukan hal-hal luar biasa bagi dunia. Tetapi karyawan mulai menyadari bahwa tidak semua dari mereka benar-benar melakukan itu,” imbuhnya.
Selain Plushcare, startup asuransi Clover Health juga menemukan bahwa ada banyak orang yang bersedia bekerja di perusahaan bar yang digerakkan oleh misi sosial.
“Clover cenderung menarik tipe orang tertentu yang ingin bekerja untuk sebuah perusahaan dengan budaya dan model bisnis yang digerakkan oleh misi,” kata Vice President of Talent Clover Bob Huynh.
Sebelumnya, jejaring media sosial Facebook mengalami serangkaian krisis. Mulai dari tuduhan bahwa perusahaan tidak serius dalam melindungi data pengguna, hingga kejatuhan saham 20 persen dalam sehari setelah laporan pendapatan buruk pada Juli 2018.
Berdasarkan pengakuan mantan karyawan Facebook kepada CNBC, semangat kerja di perusahaan menurun ke titik di mana para pekerja membahas prospek pekerjaan jauh lebih sering daripada sebelumnya.
Sementara itu karyawan Alphabet , induk perusahaan Google memprotes tentang penjualan teknologi perusahaan kepada militer AS dan eksekutif yang dituduh melakukan pelecehan seksual namun tetap mendapatkan bayaran.